Senin, 17 Mei 2010

Terjemahan


Adapun terjemahan bebasnya kurang lebih sebagai berikut :
Diceritakan, Ida Dalem Dimade yang wafat di Guliang mempunyai seorang saudara dari ibu seorang bangsawan, bernama Ida I Dewa Karangamla (Ida I Dewa Agung Karangasem), diperintahkan oleh Ida Dalem Tjokor I Dewa untuk menjadi penguasa di wilayah bumi Karangasem, beliau berputra satu orang yang diberi nama Ida I Dewa Batuaya, sesuai dengan nama tempat kedudukan beliau.
Selanjutnya dikisahkan, setelah pemberontakan I Gusti Batanjeruk dapat dipadamkan dengan wafatnya I Gusti Batanjeruk di desa Bungaya, Jungutan, tidak lagi banyak dibicarakan. Sebenaryna I Gusti Batanjeruk memepunyai seorang anak angkat, anak dari saudara kandungnya I Gusti Made Bengbengan, bernama I Gusti Wayan Oka. Seusai pemberontakan, I Gusti Wayan Oka menyembunyikan diri bersama ayahnya I Gusti Made Bengbengan disekitar desa Batuaya, banjar Batana Ha, Karangasem. Lama kelamaan terdengar oleh Ida Betaran Palungguh Tjokor I Dewa, ada anak angkat I Gusti Batanjeruk bernama I Gusti Wayan Oka menyembunyikan diri di Karangasem. Karena itu beliau bersurat kepada Ida I Dewa Karangamla (Ida IDewa Agung Karangasem), memerintahkan agar membinasakan I Gusti Wayan Oka di Bukit Mangun. Singkat cerita, perintah ini segera dilaksanakan dan dapat diselesaikan dengan baik oleh Ida I Dewa Karangamla.
Kemudian dikisahkan, dengan meninggalnya I Gusti Wayan Oka di Bukit Mangun, Istrinya yang bernama I Gusti Ayu Oka berniat melakukan “satya” belapati menyusul kematian sang suami dengan jalan bunuh diri memakai keris. Hal ini terlihat oleh Ida I Dewa Karangamla (Ida I Dewa Agung Karangasem), yang terjadi kemudian adalah Ida I Dewa Karangamla (Ida I Dewa Agung Karangasem) justru tertarik kepada kecantikan wajah I Gusti Ayu Oka, dan beliau langsung menyampaikan isi hatinya untuk memperistri sang janda. Semula I Gusti Ayu Oka bersikukuh pada niatnya untuk belapati, namun Ida I Dewa Karangamla (Ida I Dewa Agung Karangasem) juga kukuh pada keinginannya. Akhirnya luluh juga sang janda setelah keris pusaka yang tadinya akan dipakai bunuh diri dapat direbut dari tangannya. I Gusti Ayu Oka bersedia memenuhi keinginan Ida I Dewa Karangamla (Ida I Dewa Agung Karangasem) dengan syarat salah satu anaknya diberi kekuasaan di Karangasem. Syarat ini disetujui oleh Ida I Dewa Karangamla (Ida I Dewa Agung Karangasem), tetapi kekuasaan ini harus dipegang bersama-sama dengan putera mahkota yakni Ida I Dewa Agung Batuaya. Dikisahkan kemudian, terlaksananya pernikahan keduanya. I Gusti Ayu Oka membawa ketujuh putera Laki-lakinya yang bernama : 1. I Gusti Wayan Teruna, 2. I Gusti Made Begbeg, 3. I Gusti Nyoman Karang, 4. I Gusti Ketut Landung, 5. Meraga Nyoman, 6. Merage Wayan, 7. Istri wayahe Bantas.
Untuk memnuhi janji, anak nomor tiga dipersaudarakan dengan Ida I Dewa Agung Batuaya. Kemudian, setelah Ida I Dewa Karangamla (Ida I Dewa Agung Karangasem) mangkat, dinobatkanlah kedua saudara angkat ini menjadi penguasa di Karangasem. Berkat kepandaian dan kecerdikan I Gusti Nyoman Karang, Ida I Dewa Agung Batuaya kalah pengaruh. Keadaan ini membuat beliau berkecil hati. Lama-kelamaan akhirnya beliau mengalah dan mengungsi di desa Ababi. Setelah sekian lama tetirah di desa Ababi, beliau mempunyai putera lima orang, secara urut dari yang paling tua bernama :
Sampai kemudian tiba saatnya beliau wafat di desa Ababi. Untuk penghormatan kepada beliau, rakyat Ababi mendirikan Pura Dharma di banjar Batuaya, Desa Ababi, yang Pujawalinya dirayakan setiap ‘rahinan Sugian Manek Jawi ngenem sasih’. Beliau juga dibuatkan Pura Dharma di Pemerajan Agung Puri Batuaya, dimana juga distanakan ayah beliau, Raja Dewata Ida I Dewa Agung Karangasem, Pujawalinya dirayakan setiap ‘rahina Bhuda Pon Wara Tolu Nemu sasih kapat’.
Demikian dikisahkan riwayatnya sehingga dinasti I Gusti Batanheruk yang memegang kekuasaan di Karangsem sampai sekarang.
Sumber :
1. Ida I Dewa Gde Gunaksa, Kisah Ida I Dewa Agung Karangasem / Karangamla.
2. Drs, I.B. Rai Putra, Babad Dalem, (1993).

Tidak ada komentar: